SMK NUSAPUTERA 2

SMK NUSAPUTERA 2
[] SELAMAT DATANG SISWA BARU SMK NUSAPUTERA 2 [] TERUS PUPUK SEMANGAT BELAJAR [] CITA-CITA KALIAN SUDAH SEMAKIN DEKAT, NEGERI INI MEMBUTUHKAN SUMBANGSIH KALIAN [] QUALITY IN ME []

IVERMECTIN

 ALUMNI  ARTIKEL  GALERI   PPD   SEKOLAH

APA ITU IVERMECTIN

Obat yang bernama Ivermectin menjadi sangat popular, karena diyakini oleh masyarakat mampu mengobati infeksi akibat covid-19. Namun dukungan data-data ilmiah tentang efektivitas obat ini belum konsisten sehingga BPOM belum membolehkan untuk terapi covid-19. Ivermectin kaplet 12 mg terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan atau Strongyloidiasis dan Onchocerciasis yang diberikan dalam dosis tunggal 150-200 mcg/kg Berat Badan dengan pemakaian satu tahun sekali.

Ivermectin ditemukan di Institut Kitasato, Jepang pada tahun 1967 dan pertama kali mendapat persetujuan pada tahun 1987 untuk pengobatan onchocerciasis (buta sungai) disebabkan oleh Onchocerca volvulus dan ditularkan oleh blackfly pada manusia. 

Ivermectin termasuk dalam golongan macrocyclic lactone dengan berat molekul tinggi yang dihasilkan oleh Streptomyces avermitilis dan memiliki struktur mirip dengan antibiotika golongan makrolida namun tidak memiliki aktivitas anti bakteri. Sampai saat ini ivermectin merupakan salah satu antiparasit yang paling efektif dan banyak digunakan karena memiliki aktivitas spektrum luas terhadap berbagai macam endoparasit dan ektoparasit, terutama nematoda dan arthropoda.

Pada manusia, penggunaan ivermectin pertama kali dicoba tahun 1988 untuk membunuh cacing gelang Onchocerca volvulus yang menyebabkan penyakit onchocerciasis atau kebutaan sungai. Penyakit kebutaan sungai ini ditularkan oleh lalat hitam dari genus Simulium sp yang berkembang biak di sekitar sungai. Kebutaan terjadi karena mikrofilaria dari cacing tersebut berada di mata penderita. 

Selain onchocerciasis, ivermectin digunakan untuk membunuh parasit cacing mikrofilaria, seperti Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, atau Brugia timori, yang menyebabkan penyakit filariasis atau kaki gajah pada manusia. Sebanyak 70 persen kasus kaki gajah di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi

Kini, selain untuk onchocerciasis dan kaki gajah, ivermectin juga dipakai untuk mengobati sejumlah penyakit parasit pada manusia, seperti strongyloidiasis, kudis, pediculosis, gnathostomiasis, dan myiasis.

Strongyloidiasis adalah penyakit cacing yang disebabkan oleh cacing gelang Strongyloides stercoralis yang menginfeksi sekitar 35 juta orang per tahun. Kudis atau scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau Sarcoptes scabiei var hominis yang menjangkiti 300 juta orang per tahun. Pediculosis adalah penyakit kulit karena kutu rambut Pediculus humanus. Gnathostomiasis adalah penyakit cacing yang disebabkan oleh cacing Gnathostoma spinigerum. Myiasis adalah penyakit kulit karena larva lalat tumbuh di kulit.


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan Persetujuan penggunaan ivermectin sebagai obat covid 19 dengan tujuan hanya untuk keperluan uji klinik. Hasil uji klinik ini, nantinya akan dijadikan dasar apakah ivermectin bisa digunakan untuk terapi covid 19 atau tidak.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai saat ini tidak menyarankan penggunaan Ivermectin secara luas untuk pengobatan Covid-19.

Penyusun Herno Agus P. dari berbagai sumber

Baca Juga :

JANGAN LENGAH, VIRUS INI MASIH MENGANCAM KITA

Best Practice; Apresiasi bagi guru dan siswa

KEISTIMEWAAN BELAJAR MATEMATIKA

PERSIAPAN MENGHADAPI PENILAIAN AKHIR SEMESTER

________

Kembali ke HOME

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link yang penting diketahui