Rombongan SMK Nusaputera 2 Mengunjungi Dewata
Bali yaitu tempat pembuatan pie susu. Pie Susu merupakan oleh-oleh khas
bali berupa makanan atau jajanan tepatnya. Mirip roti pie tapi dalam ukuran
kecil. Yang unik itu adalah rasa susu yang terasa enak melumer di lidah.
Awalnya pie susu tersedia dalam rasa original atau vanila, namun Bali Pie
Susu berkreasi hingga pie susu yang kami produksi memiliki 5 rasa unik,
yaitu Vanila, Coklat, Strawberry, Kacang dan Keju.
Pie susu terbuat dari campuran tepung
terigu, tepung maizena, telur, susu, dan bahan pembuat rasa. Pembuatan cukup
sederhana adonan tepung, mentega, perasa dan telur dicetak dengan alat khusus
berbentul bundar dengan cekungan ditengah, lalu bagian tengah diisi dengan campuran
susu kental manis, tepung maizena, bahan perasa, dan telur kemudian dimasukan
ke oven.
Ketahanan pie susu ini satu mingggu pada
suhu ruangan atau simpan di lemari es
agar lebih awet (pie tidak menggunakan pengawet makanan jadi suhu sangat
mempengaruhi)
Bagi pencinta pie susu, sudah menjadi
kebiasaan dimakan sebagai cemilan atau dihidangkan dengan teh atau kopi ke
tamu. Rasanya dijamin membuat anda ketagihan. Setelah selesai penjelasan siswa-siswi diberi kesempatan
untuk berbelanja pie susu yang sudah jadi. DEWATA BALI Jl. By Pass Ngurah Rai
53 Tohpati-Sanur-Denpasar-Bali.
7. BAJRA SHANDI
Setelah belajar membuat pie,
Siswa-siswi SMK Nusaputera 2 berangkat menuju Museum Bajra Sandi yang terletak
di Areal Lapangan Niti Mandala Denpasar, Jl. Raya Puputan. Museum ini dibangun
di atas tanah seluas 13,8 hektar dengan luas gedung 70 x 70 meter. Museum ini
diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003.
Bentuk museum ini diambil berdasarkan
cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Giri Mandara oleh Para Dewa dan Raksasa
guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Dinamakan Museum Bajra Sandi karena
bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin
Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara
Agama Hindu. Museum ini menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para
pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat
Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman, serta lambang
semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang
agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Adapun bagian-bagian yang penting dalam
museum ini adalah sebagai berikut :
- Bangunan
Museum yang menjulang melambangkan Gunung Giri Mandara.
- Guci
Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum.
- Naga
yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali
dalm pemutaran Giri Mandara.
- Kura-kura
yang terdapat di bagian bawah museum merupakan simbul dari Bedawang Akupa
yang digunakan sebagai alas pemutaran Giri Mandara.
- Kolam
yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari Lautan Susu yang
mengelilingi Giri Mandara tempat beradanya Air Suci Kehidupan atau Tirtha
Amertha.
Secara horizontal, museum ini
menggunakan konsep Tri Mandala, yaitu:
1. Utama Mandala, yaitu bagian gedung
utama yang paling megah.
2. Madya Mandala, yaitu pelataran yang
mengitari Utama Mandala.
3. Nista Mandala, yaitu pelataran
paling luar yang mengitari Madya Mandala.
Secara vertikal, museum ini mengadopsi
konsep Tri Angga, meliputi:
1. Utamaning Utama
Mandala, yaitu lantai teratas gedung, dan digunakan sebagai Ruang Peninjauan.
Dari sini kita dapat melihat suasana di sekitar gedung dengan jelas. Untuk
mencapai tempat ini kita harus menaiki tangga melingkar yang cukup tinggi.
2. Madyaning Utama
Mandala, yaitu lantai dua gedung, digunakan sebagai Ruang Stage Diorama. Di
ruang ini kita dapat melihat 33 diorama yang menampilkan sejarah perkembangan
dan pergerakan rakyat Bali dari masa ke masa. Selain diorama, ada juga keris
3. Nistaning Utama
mandala, merupakan lantai dasar gedung ini. Di sini ada berbagai ruangan,
meliputi Ruang Informasi, Ruang Administrasi, Ruang Pameran yang menampilkan
foto-foto pahlawan dan peristiwa di Bali, Ruang Perpustakaan yang berisi
buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Bali, dan Ruang Rapat serta toilet.
Selain ruangan-ruangan tersebut, di
lantai dasar dapat juga dijumpai telaga yang berada di dasar bagian tengah
gedung, dinamakan Puser Tasik. Di telaga ini terdapat delapan Tiang Agung. Di
tengah kolam terdapat tangga yang menghubungkan lantai dasar sampai lantai
teratas, dinamakan Tangga Tapak Dara.
Di bagian luar gedung ini, kita dapat melihat Bale Bengong di keempat
penjuru museum untuk peristirahatan para wisatawan. Selain itu, di bawah tangga
masuk juga terdapat kolam berisi ikan hias. Di bagian paling luar, terdapat
lapangan yang bisa digunakan untuk lari pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar